Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Desember 2012

Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Manusia

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu masa pembuahan sampai lahir (masa dalam kandungan ibu) dan masa setelah lahir. Pada masa lahir, manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yaitu masa anak-anak, remaja, dewasa, dan manula. 

1. Masa Pembuahan sampai Lahir 
Kehamilan didahului dengan pembuahan (fertilisasi). Pembuahan terjadi karena bertemunya ovum (sel k*lamin betina atau sel telur) dengan sperma (sel k*lamin jantan). Pembuahan akan menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot segera tumbuh dan memasuki rongga rahim. Setelah empat hingga enam hari (akhir minggu pertama) setelah pembuahan, zigot akan tumbuh membentuk embrio. Embrio akan melekat pada dinding rahim (uterus). Embrio akan tumbuh terus di dalam rahim.
  
Setelah pembuahan, zigot memasuki rahim ibu dan tumbuh menjadi embrio. 

Pada usia empat minggu, panjang embrio sekitar enam sampai tujuh milimeter. Organ tubuh yang penting sudah mulai terbentuk. Jantung belum sempurna. Tangan dan kaki belum terbentuk. Pada akhir minggu ke lima, panjang embrio sekitar dua belas milimeter. 

Pada bulan kedua dalam kandungan, embrio berukuran sekitar empat sentimeter. Jantung telah sempurna. Tangan dan kaki telah terbentuk. Rangka telah terbentuk tetapi masih berupa tulang rawan. 

Pada bulan ketiga dalam kandungan, embrio kemudian disebut janin (fetus). Panjang janin sekitar lima sampai delapan sentimeter dan berat sekitar 10-45 gram. Pada usia ini semua organ telah terbentuk. Selanjutnya, janin mengalami pertumbuhan memanjang, bertambah besar, dan bertambah berat. 

Pertumbuhan memanjang sangat mencolok selama bulan ketiga, keempat, dan kelima. Pada usia lima bulan dalam kandungan, panjang janin sekitar 15-19 sentimeter dan beratnya kira-kira 250-450 gram. Selama bulan kelima, gerakan janin biasanya dapat jelas dirasakan oleh ibunya. Sedangkan peningkatan berat badan sangat mencolok selama dua bulan terakhir dari kehamilan. 

Di dalam rahim ibu, janin dilindungi oleh selaput-selaput dan cairan (air ketuban). Selaput dan cairan ini berfungsi melindungi janin dari benturan dan goncangan. Selama dalam kandungan, janin mendapatkan zat-zat makanan dan oksigen dari darah ibu melalui plasenta atau ari-ari. Biasanya bayi akan segera lahir setelah usia kandungan 266 hari atau 38 minggu setelah pembuahan. Pada saat lahir, berat badan janin sekitar 3 sampai 3,5 kg dengan panjang kira-kira lima puluh sentimeter. Meskipun ada pula janin yang saat lahir berat badannya kurang dari 3 kg atau lebih dari 3,5 kg.
 
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. 

2. Masa setelah Lahir 
Bayi akan segera bernapas begitu lahir. Paru-paru mulai berfungsi. Saat dilahirkan, secara proporsional kepala lebih besar daripada tubuhnya. Setelah itu lengan, kaki, dan paha tumbuh lebih cepat daripada kepala. Setelah lahir, manusia akan mengalami tahap-tahap perkembangan mulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula (manusia lanjut usia). 

Masa pertumbuhan manusia ada batasnya. Secara normal, pada laki-laki pertumbuhan akan terhenti pada usia sekitar 22 tahun. Sedangkan pada perempuan, pertumbuhan akan terhenti pada usia sekitar 18 tahun. Pada kebanyakan remaja, perkembangan tubuh lebih cepat dialami pada waktu mereka berusia 12-18 tahun. Untuk remaja perempuan, pertumbuhan cepat itu biasanya terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan untuk remaja laki-laki pada usia 14 tahun. 

Setelah usia 14 tahun, remaja laki-laki biasanya mengejar ketinggalan tinggi dan beratnya itu dan melampaui tinggi serta berat remaja perempuan. Pertumbuhan bayi sampai dewasa dipengaruhi oleh makanan, terutama yang mengandung protein tinggi, hormon, dan faktor keturunan dari kedua orang tuanya. Bahan makanan yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bahan makanan yang mengandung protein tinggi seperti ikan, daging, telur, susu, keju, kacang kedelai (tahu, tempe), dan kacang-kacangan lainnya. Hormon yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan adalah hormon tumbuh dan hormon kelenjar gondok (tiroksin). 

a. Masa anak-anak 
Masa anak-anak dimulai sejak lahir (bayi) hingga masa remaja, bayi sangat membutuhkan air susu ibu (ASI). Sebaiknya ASI diberikan pada bayi selama dua belas bulan sejak kelahiran. Hal ini karena bayi membutuhkan ASI selama tahun pertama kehidupannya. Pada usia balita terjadi pertumbuhan sel-sel otak, sehingga diperlukan makanan yang bergizi. 

Seiring dengan bertambahnya usia, bayi akan belajar duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan. Otaknya tumbuh membesar dan bayi mulai berbicara. Umumnya bayi mulai berjalan dan mulai berbicara sekitar usia satu tahun. 

Pada usia sekitar tiga tahun, anak-anak mulai berbicara kalimat pendek. Anak-anak belajar menggambar, membaca, dan menulis. Bermain merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menjelang usia sepuluh tahun, anak-anak sudah mencari teman. Mereka juga sudah tahu bagaimana berbagi, melakukan tugas mereka, dan bekerja sama dengan orang lain.
  
Masa anak-anak. 

b. Masa remaja (masa pubertas) 
Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Pada masa ini baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan pertumbuhan yang cukup cepat. Badan akan bertambah tinggi, bertambah gemuk, dan organ k*laminnya sudah mampu menghasilkan sel k*lamin yang matang.
 
Masa remaja. 

c. Dewasa 
Secara biologi, makhluk hidup (organisme) disebut dewasa bila telah menghasilkan sel-sel k*lamin. Demikian pula pada manusia sebagai makhluk hidup. Pada laki-laki ditandai dengan kemampuan testis (buah zakar) untuk menghasilkan sperma. Pada perempuan ditandai dengan kemampuan ovarium (indung telur) menghasilkan sel telur. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah dewasa yang berarti telah mampu bereproduksi. Pada masa dewasa, badan seseorang tidak mengalami pertumbuhan tinggi lagi, tetapi hanya bertambah berat. 

Manusia dewasa telah memiliki tanggung jawab akan hidupnya. Mereka juga memikirkan pendidikan dan pekerjaan untuk masa depannya. Berkeluarga juga merupakan hal yang penting pada masa dewasa.
  
Saat dewasa, manusia telah memikirkan pekerjaannya, misalnya dengan bekerja. 

d. Manula 
Manula atau manusia lanjut usia, yaitu seseorang yang telah memasuki usia lanjut. Pada usia ini, biasanya organ-organ manusia sudah mulai melemah atau berkurang kemampuannya. Pada manula, biasanya pigementasi rambut kepala telah berkurang, sehingga rambut terlihat memutih. Gigi mulai tanggal bergantian dan tidak akan tumbuh kembali. Biasanya kulit sudah mulai tampak keriput. Pada manula umumnya penglihatan sudah mulai kabur karena daya akomodasi lensa mata berkurang dan pendengaran sering kali sudah berkurang. 

Pada manual, aktivitas organ reproduksi mulai menurun. Pada perempuan, ovarium sudah tidak dapat menghasilkan sel telur lagi, sehingga tidak terjadi menstruasi lagi. Masa ini disebut menopause. Akan tetapi, pada laki-laki proses pembentukan sperma masih terjadi, meskipun telah menurun.

 
Pada masa manula, rambut mulai memutih dan kulit mulai keriput. 

3. Ciri-ciri Remaj yang Mengalami Pubertas 
Seorang anak yang mengalami pubertas tidak lagi disebut anak-anak, namun disebut sebagai remaja. Pubertas ditandai dengan penampakan ciri-ciri s*ks sekunder. Ciri-ciri s*ks sekunder tampak pada remaja laki-laki maupun perempuan. 

Remaja laki-laki mengalami pubertas pada usia antara 12 sampai 16 tahun. Ciri-ciri s*ks sekunder pada laki-laki seperti suara yang menjadi besar, tumbuh kumis, tumbuh jambang, tumbuh jakun, tumbuh rambut pada ketiak, otot-otot mulai membesar (kekar), dan dada tampak menjadi lapang. Selain itu juga telah terjadi spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma atau sel k*lamin laki-laki. Spermatogenesis terjadi di dalam testis (buah zakar). Hal ini menunjukkan bahwa testis telah berfungsi dengan sempurna. 

Remaja perempuan mengalami pubertas lebih cepat dibandingkan laki-laki. Ciri-ciri s*ks sekunder pada perempuan seperti membesarnya payudara, membesarnya pinggul, tumbuh rambut di ketiak, dan kulit lebih halus. Selain itu, pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan mendapatkan menstruasi (haid) yang pertama. Bagi remaja perempuan, menstruasi yang pertama merupakan tanda bahwa ia telah mencapai masa pubertas.

Keadaan ini merupakan tanda yang normal pada semua perempuan yang sehat. Menstruasi menunjukkan bahwa perempuan telah memiliki sistem reproduksi yang berfungsi dengan normal. Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodik dari rahim (uterus) dengan disertai meluruhnya endometrium (dinding rahim bagian dalam) melalui alat k*lamin luar perempuan. Menstruasi terjadi sebagai akibat sel telur tidak dibuahi oleh sperma.

Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup merupakan hasil interaksi antara faktor internal (dari dalam tubuh makhluk hidup sendiri) dan faktor eksternal (dari luar tubuh makhluk hidup).

Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup adalah gen, nutrisi, hormon, dan lingkungan.

1. Gen (Genetik)
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam sel makhluk hidup. Gen berpengaruh pada setiap struktur makhluk hidup dan juga perkembangannya, walaupun gen bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhinya. Artinya, sifat-sifat yang tampak pada makhluk hidup seperti bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna mata, warna bulu mata, warna rambut dan sebagainya dipengaruhi oleh gen yang dimilikinya.
  
Warna mata dipengaruhi oleh gen. 

2. Nutrisi (Makanan) 
Nutrisi atau makanan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Fungsi nutrisi di antaranya adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup. Sampai batas usia tertentu manusia akan mengalami pertumbuhan, yaitu bertambah tinggi dan besar. Hal ini dapat terjadi karena setiap hari manusia makan makanan yang cukup bergizi. Nutrisi bagi sebagian besar hewan dan manusia dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein merupakan bahan pembangun sel-sel tubuh. 

3. Hormon (Zat Tumbuh) 
Hormon merupakan senyawa organik (zat kimia) pada manusia dan sebagian hewan. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu, artinya kelenjar itu tidak memiliki saluran. Oleh karena itu, hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) langsung masuk ke pembuluh darah. Hormon diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah. 

Hormon mempengaruhi reproduksi, metabolisme (pertukaran zat), serta pertumbuhan dan perkembangan pada manusia. Pada manusia, hormon pertumbuhan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seseorang yang kelebihan hormon ini akan mengalami pertumbuhan raksasa atau gigantisme. Sebaliknya, seseorang yang kekurangan hormon pertumbuhan dapat mengakibatkan kekerdilan.
 
Contoh pertumbuhan raksasa pada manusia karena kelebihan hormon pertumbuhan. 

4. Lingkungan 
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup terutama tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan di sini adalah faktor lingkuangan fisik antara lain : suhu udara, cahaya, dan kelembapan.

Perbedaan Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Manusia

Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Hal ini karena pertumbuhan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan perkembangan. Namun demikian, antara pertumbuhan dan perkembangan dapat dibeedakan berdasarkan perubahan ukuran yang terjadi pada makhluk hidup. 

Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel (tidak berubah kembali ke asal). Perubahan ukuran yang terjadi pada pertumbuhan adalah perubahan ukuran volume, tinggi, masa, dan sebagainya. 

Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup seperti bayi menjadi orang dewasa atau tanaman mangga yang kecil menjadi tanaman dewasa dengan buahnya yang lebat, tidak hanya sebagai akibat pertumbuhan saja melainkan juga karena peristiwa perkembangan pada makhluk hidup tersebut.

Pada manusia dan sebagian besar hewan yang semula diawali dengan pertemuan sel telur (ovum) dengan sperma, melalui pertumbuhan dan perkembangan menjadi janin, bayi, dan akhirnya menjadi orang dewasa. Terjadi pertumbuhan karena terjadi perubahan, yaitu janin menjadi orang dewasa. Seiring dengan pertumbuhan, terjadi perkembangan karena terjadi proses pendewasaan yang lebih sempurna. 

Jadi, perkembangan dapat diartikan sebagai proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna pada makhluk hidup. Berbeda dengan pertumbuhan, proses perkembangan tidak dapat diukur sehingga tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif.

Jumat, 21 Desember 2012

Hereditas Pada Manusia

Layartekno - Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat/kelainan pada manusia. Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu sifat yang terpaut koromosom tubuh (autosomal), dan sifat yang terpaut kromosom sek (gonosomal). Sifat yang autosomal manifestasinya dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sifat yang gonosomal manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada anak laki-laki saja atau perempuan saja. 

Sifat/Cacat Menurun Autosomal

Beberapa sifat/cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom) adalah sebagai berikut:

1.    Albinisme

 Hereditas pada manusia Hereditas pada manusia Hereditas pada manusia Hereditas pada manusia
Banyak kasus albinisme pada berbagai hewan dan manusia

Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap cahaya. Gen penyebab albino bersifat resesif, sedangkan alel dominannya mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan suami isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier)


P    :    Aa        x      Aa
F    :    AA        : normal
          2Aa       : normal (carrier)
          aa         : albino

2.    Idiot/Imbisil

Cacat menurun ini disebabkan karena seseorang tidak punya enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya terjadi penimbunan fenilalanin dalam darah dan diubah menjadi asam fenilpiruvat. Tingginya kadar fenilpiruvat menghambat perkembangan dan fungsi otak. Kelainan ini sering disebut phenilketouria (PKU) karena banyaknya kandungan residu fenilpiruvat yang terdapat pada urine.

Anak yang idiot/imbisil memiliki ciri sebagai berikut:

    > IQ rendah 
    > gerakan lambat
    > rambut sering kekurangan pigmen
    > dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat
      Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami isteri yang keduanya membawa gen resesif.
      P    :    Ii    x    Ii
      F    :    II    : normal
               2Ii    : normal (carrier)
                 ii    : idiot
       __________________________________________________________________

      Hereditas Pada Manusia
      Hemofilia seringkali disebut dengan “The Royal Diseases” atau penyakit kerajaan.Ini di sebabkan Ratu Inggris, Ratu Victoria (1837 – 1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia. Anaknya yang ke delapan, Leopold adalah seorang hemofilia dan sering mengalami perdarahan. Keadaan ini di beritakan pada British Medical Journal pada tahun 1868. Leopold meninggal dunia akibat perdarahan otak pada saat ia berumur 31 tahun. Salah seorang anak perempuannya, Alice, ternyata adalah carrier hemofilia dan anak laki-laki dari Alice, Viscount Trematon, juga meninggal akibat perdarahan otak pada tahun 1928.
      Gambar 5.1 Peta Silsilah ket.  Ratu Inggris, Ratu Victoria (pembawa sifat/carrier hemofilia.)
      1.      Jenis Kelamin 
      Jenis kelamin pada manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom sek, yaitu kromosom XX untuk perempuan dan kromosom XY untuk laki-laki. Berdasarkan susunan tersebut, kromosom perempuan bersifat homogametic, sedangkan susunan kromosom sek laki-laki bersifat heterogametic. Bila terjadi pembelahan meiosis, maka seorang perempuan hanya akan menghasilkan satu macam sel gamet  yaitu X, sedangkan laki-laki akan menghasilkan dua macam sel gamet yaitu X dan Y.Perhatikan skema berikut ini
      Dari skema tersebut nampak jelas bahwa yang menentukan jenis kelamin anak adalah ayah, sebab ibu hanya menghasilkan satu macam kromosom sek, sedangkan ayah menghasilkan dua macam kromosom sek. Seorang ibu akan memberikan jenis kromosom sek yang sama baik kepada anak laki-laki maupun anak perempuan, sedangkan ayah akan memberikan kromosom  X kepada anak perempuan dan kromosom Y kepada anak laki-laki. 

      2. Cacat dan Penyakit Menurun

      Penyakit menurun (cacat yang diwariskan) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
      a. tidak dapat menular
      b. tidak dapat disembuhkan
      c. dapat dihindarkan
      d. umumnya dikendalikan oleh gen resesif 

      Karena penyakit menurun umumnya bersifat resesif, maka hanya muncul pada orang yang homozigot resesif, sedangkan orang yang heterozigot bersifat normal carrier (pembawa sifat). Cacat atau penyakit menurun pada manusia ada yang diwariskan melalui autosom dan ada pula yang diwariskan melalui kromosom sek (sek linkage= terpaut sek).

      Cacat dan Penyakit Menurun Yang Tidak Terpaut Sek (terpaut pada autosom)

      1). Albino (albinisme/bule) 
      Albino adalah penyakit menurun dimana pada kulit manusia tidak mempunyai pigmen pewarna kulit. Kata itu berasal dari bahasa Yunani “albus, yang berarti putih” Seseorang yang albino mempunyai mata berwarna merah jambu, dan ini disebabkan karena darah yang merah tampak mengalir di retina mata. Mata Albino sangant peka terhadap cahaya. Jadi orang albino yang demikian selalu menjaga agar kelopak matanya setengah tertutup dengan selalu berkedip. Rambut albino putih di seluruh tubuhnya. Bahkan jaringan didalam tubuhnya seperti otak dan syaraf tulang belakang berwarna putih. 

      Sifat albino dibawa factor resesif yang terdapat dalam kromosom tubuh (autosom). Sifat albino dapat muncul pada anak yang bapak dan ibunya normal heterozigot atau salah satu orang tuanya albino sedangkan yang lainnya heterozigot.

      Lebih jelasnya mengenai penurunan sifat cacat albino, perhatikan contoh soal berikut. 

      Gen A adalah gen yang mengatur pigmentasi kulit. Adapun gen a merupakan alelnya, yakni gen yang tidak menyebabkan pigmentasi kulit. Jika seseorang albino menikah dengan orang normal homozigot, bagaimanakah keturunannya? Lalu, jika keturunannya tersebut menikah dengan orang albino maka bagaimana keturunan selanjutnya? Jawab:

      2. Gangguan Mental 

      Yang termasuk gangguan mental adalah debil, imbisil, idiot. Sifat menurun dikendalikan oleh gen resesif tidak terpaut sek. Orang yang mengalami gangguan mental antara lain mempunyai ciri :
      > menunjukkan gejala kebodohan
      > reaksi refleknya lamban
      > rambut dan kulit kekurangan pigmen
      > umumnya tidak berumur panjang
      > jarang mempunyai keturunan
      > bila urinnya diberi larutan ferioksida 5% yg menghasilkan warna hijau kebiruan 

      3. Brachydactily (jari pendek) 

      Penderita Brachydactily mempunyai jari-jari yang pendek karena tulang palanges (ruas jari) pendek. Hal ini disebabkan oleh gen dominant (B). Apabila gen-gen ini berada dalam keadaan homozigot dominant (BB) akan menyebabkan kematian (letal), dalam keadaan heterozigot (Bb) menderita Brachydactily, sedangkan dalam keadaan homozigot resesif (bb) adalah normal. 

      4. Polidactily

      Polidactily merupakan kelainan berupa kelebihan jumlah jari tangan dan kaki. Kelainan/cacat ini bersifat menurun. Kelainan ini diwariskan oleh gen autosom dominan P, sedangkan gen p mwariskan sifat normal. Orang normal memiliki genotip pp, sedangkan penyandang polidaktily genotipnya PP atau Pp. 

      5. Thalasemia 

      Thalasemia adalah kelainan genetik yang disebabkan rendahnya kemampuan pembentukkan hemoglobin. Hal ini dapat terjadi karena gangguan salah satu rantai globin. Thalasemia menyebabkan kemampuan eritrosit dalam mengangkut oksigen menjadi rendah sehingga menyebabkan anemia. Thalasemia dapat dibedakan menjadi thalasemia mayor dan thalasemia minor. Thalasemia mayor (ThTh) biasanya menyebabkan kematian, sedangkan thalasemia minor (Thth) tidak terlalu parah.

      Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh persilangan individu Thalasemia berikut.
       
      6. Dentinogenesis Imperfecta 

      Dentinogenesis Imperfecta adalah kelainan pada gigi manusia yang menyebabkan tulang gigi (dentin) berwarna seperti air susu. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan Dt, sedangkan keadaan normal diatur oleh gen dt. Contoh persilangannya adalah sebagai berikut.

      Cacat dan Penyakit Menurun Yang Tertaut Sek

      Tautan sek terjadi pada kromosom sek (gonosom), baik pada kromosom X maupun kromosom Y. Beberapa contoh peristiwa tautan sek yang terjadi pada manusia adalah buta warna dan hemofilia. Peristiwa tautan ini terjadi pada kromosom X. Adapun peristiwa tautan sek yang terjadi pada kromosom Y, contohnya hystrixgravier, yaitu pertumbuhan rambut kasar seperti landak (hg), hypertrichosis yaitu pertumbuhan bulu panjang pada telinga (ht), dan webbedtoes yaitu adanya selaput pada jari (Wb).

      a. Buta warna Buta warna adalah penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan warna merah dengan biru, atau kuning dengan hijau. Penyakit keturunan ini disebabkan oleh gen resesif cb (color blind). Gen buta warna terpaut pada kromosom X.

      Sebagaimana penderita hemofilia, pada penderita buta warna juga memiliki genotip yang berbeda antara wanita dan laki-laki. Genotip buta warna dapat dibedakan sebagai berikut. 

      1) Genotip wanita buta warna: XXcb = heterozigot = normal carrier = pembawa sifat XcbXcb = homozigot resesif = penderita buta warna 

      2) genotip laki-laki buta warna: XcbY = laki-laki buta warna alat untuk mengetahui apakah seseorang butawarna atau tidak…??
      Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh soal persilangan terkait penurunan penyakit buta warna berikut. 

      Seorang laki-laki penderita buta warna (cb) merah dan hijau beristrikan wanita norma, tetapi pembawa sifat buta warna (carrier). Tentukan persentase anak yang mungkin lahir. Jawab:
      Jadi, kemungkinan anaknya 50% normal (terdiri dari 25% wanita normal dan 25 % laki-laki normal) dan 50% anak menderita buta warna (terdiri dari 25% wanita buta warna dan 25 % laki-laki buta warna).

      b. Hemofilia
      Hemofilia adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku. Penderita hemofilia jika terluka darahnya akan membeku sekitar 50 menit hingga 2 jam. Hal ini akan mengakibatkan penderita mengalami kehilangan banyak darah dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut kromosom X. Contoh silsilah penyakit hemofilia adalah pada keluarga kerajaan Eropa. Ratu Victoria dari Inggris menderita hemofilia.

      Penderita hemofilia memiliki genotip yang berbeda antara wanita dan laki-laki. Genotip hemofilia dapat dibedakan sebagai berikut.

      1) Genotip wanita hemofilia: HH = XHXH = homozigot dominan = normal Hh = XHXh = heterozigot = normal carrier = pembawa sifat hh = XhXh = homozigot resesif = penderita hemofilia 

      2) genotip laki-laki hemofilia: XHY = laki-laki normal XhY = laki-laki hemofilia 

      Untuk memperjelas, berikut ini contoh soal mengenai persilangan yang melibatkan gen hemofilia yang tertaut kromosom sek X. Seorang wanita carrier hemofilia bersuamikan laki-laki normal. Tentukan persentase anak-anak yang mungkin lahir. 
      Jawab:
      Jadi, kemungkinan anaknya 75% normal (terdiri dari 25% wanita normal, 25% wanita normal carrier, dan 25 % laki-laki normal) dan 25% menderita hemofilia (pada anak laki-laki).

      Kamis, 20 Desember 2012

      Perbanyakan Bibit Tanaman Jati Melalui Kultur Jaringan

      BAB I
      PENDAHULUAN

      1.1 Latar Belakang
      Kayu jati memiliki kualitas tinggi, sehingga permintaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan mencapai 2,5 – 3 Juta m3/tahun oleh Perum Perhutani baru dipenuhi 250.000 - 300.000 m3/tahun (Trubus, 2001). Kayu jati sifat silvikulturnya secara umum telah dikuasai sehingga peluang penelitian dan pengembangannya dengan mudah dilakukan. Oleh karena itu banyak negara saat ini sedang meneliti dan mengembangkan jati, bahkan ada keinginan menjadikannya sebagai kayu Internasional (International wood) (Na’iem, 2001).
      Di Indonesia produsen bibit menyikapi dengan menyediaan materi (bibit tanaman) dengan metode baru yaitu pembiakan vegetatif melalui kultur jaringan. Menurut Leksono (1998), jika dibandingkan dengan tanaman jati yang dikembangbiakan dari biji (jati lokal) hasil kultur jaringan mempunyai pertumbuhan yang lebih seragam (80 %), sedangkan jati asal biji tingkat keseragamannya hanya 20 %. Daur pohon Jati hasil kultur jaringan lebih cepat (15 tahun siap panen) sedangkan asal biji perlu waktu di atas 40 tahun. Menurut PT. Monfori sebagai salah satu produsen bibit menyatakan pertumbuhan mencapai 6,5 cm per minggu. Pada umur 15 tahun diameter mencapai 40 cm sehingga sudah bisa dipanen.
      Menurut Pandit (2000) ada hubungan kecepatan pertumbuhan dengan sifat-sifat kayu.Semakin dipacu pertumbuhannya, semakin berkurang kerapatan sel-selnya. Sel-sel akan mengembang sehingga dinding sel semakin tipis. Jika dianalogikan sebuah balon ditiup semakinbesar, dindingnya semakin tipis kemungkinan pecah semakin besar. Menurut Prayitno (1995), struktur anatomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi kualitas kayu. Kelompok indikator kualitas kayu adalah dimensi serat kayu yang meliputi panjang serat, diameter lumen, serta tebal dinding serat, irisan transversal yang dapat dipilahkan ke dalam persen komponen kayu seperti persen serabut, jari-jari, parenkim, saluran damar dan trakeid. Faktor-faktor irisan transversal kayu yang dirinci ke dalam porsi tipe sel penyusun kayu sangat berhubungan erat dengan sifat dasar kayu dan pembuburan kayu serta sifat permesinan kayu.
      Dari uraian di atas, maka kami mengambil judul “Perbanyakan Bibit Tanaman Jati melalui Kultur Jaringan ” sebagai judul makalah ini.
      1.2 Tujuan Penulisan
      Ada pun tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara perbanyakan bibi tanaman tjati melalui kultur jaringan serta mengetahui manfaat dari perbanyakan bibit jati secara in vitro, yaitu dengan kultur jaringan.

      BAB II
      PEMBAHASAN
       
      2.1 Kultur Jaringan
      Semakin berkembangnya teknologi pertanian penyediaan benih tidak hanya dapat diperoleh dari sumber benih, akan tetapi dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan. Menurut BBPP Lembang (2008) yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ , serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali.
      Tujuan kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan masal tanaman yang biasanya sangat lambat dengan metoda konvensional dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemulian tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.

      2.2 Fisiologi Tanaman Jati
      Jati (Tectona grandis L.f.) dikenal sebagai kayu komersial bermutu tinggi, termasuk dalam suku Verbenaceae. Daerah sebaran asli dari jati meliputi India, Myanmar dan Thailand.
      Jati pertama kali ditanam di Indonesia (di Pulau Jawa) diperkirakan pada abad ke 2 Masehi, yang dilakukan oleh para penyebar agama Hindu. Saat ini jati telah dikenal secara luas dan dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan petani. Tanaman ini telah banyak dikembangkan, bahkan di beberapa tempat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan tradisional masyarakat.
      Di Indonesia, tanaman jati secara khusus berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, pedagang, dan industri pengolahan. Secara umum berperan dalam pembangunan daerah dan nasional. Kayu jati dan hasil olahannya memiliki wilayah pemasaran yang luas, di luar maupun di dalam negeri. Tanaman jati memiliki masa tebang yang panjang sehingga memiliki fungsi lingkungan dalam pengaturan tata air (hidrologi) dan iklim lokal.
      Menurut Trubus (2001) kayu jati juga memiliki kualitas tinggi, sehingga permintaan terus me-ningkat dari tahun ke tahun. Permintaan mencapai 2,5─3 Juta m3/tahun oleh Perum Perhutani baru dipenuhi 250.000─300.000 m3/tahun.
      Kayu Jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu bahan baku industri perkayuan yang populer karena memiliki banyak kelebihan. Meskipun pada akhir-akhir ini kecenderungan penggunaan kayu lain sudah sangat meluas, namun kayu Jati masih merupakan pilihan utama terbukti dari kebutuhan kayu Jati, baik dalam maupun luar negeri yang terus meningkat (GTEI 2003).
      Akan tetapi pasokan kayu Jati semakin lama semakin berkurang karena maraknya penjarahan, seperti yang terjadi di Kudus dan Pati pada tahun 1998 (Prayitno, 2003) serta di KPH Cepu selama Januari─Juli 2000 (Soedaryanto, 2000) dan juga akibat umur panen kayu Jati konvensional yang relatif panjang (minimal 45 tahun).
      Jati menjadi tanaman yang sangat populer sebagai penghasil bahanbaku untuk industri perkayuan karena memiliki kualitas dan nilai jual yang sangat tinggi. Kekuatan dan keindahan seratnya merupakan faktor yangmenjadikan kayu jati sebagai pilihan utama. Kebutuhan akan kayu jati selalu meningkat baik di dalam maupun luar negeri sedangkan populasi dan pasokannya semakin menipis karena siklus umur panen jati konvensional relatif lama (sekitar 45 tahun). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukantanaman jati yang memiliki umur panen relatif cepat (genjah) dengan keindahan dan kualitas serat memadai yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
      2.3 Mekanisme Kultur Jaringan pada Tanaman Jati
      Menurut Sukmadjaja (2003) bahwa secara umum, produksi bibit melalui metode kultur jaringan memerlukan beberapa tahap, yaitu (1) penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih, (2) sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi,(3) penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas, (4) penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet, dan(5) aklimatisasi (Murashige, 1974; George dan Sherrington, 1984). Pada metode perbanyakan untuk tanaman jati genjah, umumnya tidak dilakukan tahap multiplikasi tunas dan perakaran tetapi diganti menjadi tahap induksitunas dan elongasi, sedangkan tahap perakaran dilakukan pada saat aklimatisasi.
      Metode ini cukup sederhana dan mirip dengan cara perbanyakan dengan stek secara konvensional. Oleh karena itu, metode perbanyakan jatigenjah sering disebut secara stek mikro. Keuntungan penggunaan metode ini adalah tanaman yang dihasilkan stabil secara genetik.
      2.3.1        Persiapan Bahan Tanaman
      Salah satu kunci keberhasilan untuk mendapatkan bahan tanaman yang responsif dan dapat diperbanyak secara kultur in vitro adalah bahan tanaman yang masih muda. Untuk tanaman kehutanan atau tanaman tahunan lainnya daya tumbuh bahan yang akan ditanam sangat diperhatikan (Mariska dan Purnamaningsih, 2001). Daya tumbuh tunas muda akan hilang secara fisik apabila jarak antara ujung tunas dan akar semakin jauh karena pertumbuhan (George dan Sherrington, 1984). Pada tanaman tahunandewasa, tunas muda yang memiliki daya tumbuh tinggi (juvenil) seringmuncul pada bagian tanaman yang dekat dengan tanah atau sering disebut tunas air (Gambar 1a). Tunas juvenil dari tanaman berkayu tahunan dewasayang akan digunakan sebagai bahan tanaman untuk kultur jaringan, juga dapat diperoleh dengan cara melakukan pemangkasan berat. Tunas yangmuncul setelah pemangkasan dapat digunakan sebagai bahan tanaman (Gambar 1b). Selain itu, fase juvenil kadang-kadang dapat juga diinduksidengan cara melakukan penyemprotan tanaman dewasa dengan GA3 atau campuran antara auksin dan GA3 (George dan Sherrington, 1984).
      Untuk memudahkan proses sterilisasi bahan tanaman, sangat dianjurkan bahwa tanaman induk berada atau ditanam di kamar kaca. Keberadaan tanaman induk di kamar kaca memudahkan perlakuan penyemprotan denganfungisida dan bakterisida secara periodik sehingga dapat mengurangi tingkat kontaminasi bahan tanaman yang akan disterilisasi.



      a = tunas yang tumbuh dekat dengan permukaan tanah, b = tunas yang tumbuh dari batang yang dipangkas berat.
      Gambar 1. Bahan tanaman yang berasal dari pohon induk dewasa yang mempunyai tingkat juvenilitas tinggi untuk digunakan sebagai sumber eksplan.
      2.3.2 Sterilisasi Bahan Tanaman dan Inisiasi Kultur Aseptik
      Sterilisasi bahan tanaman (eksplan) merupakan langkah awal yangcukup penting dan dapat menentukan keberhasilan penanaman secara invitro. Eksplan yang akan ditanam pada media tumbuh harus bebas darimikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi kendala utama keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Terlebih iklim tropisseperti Indonesia yang memungkinkan kontaminan seperti cendawan dan bakteri terus tumbuh sepanjang tahun. Untuk tanaman tertentu, sterilisasisulit dilakukan karena kontaminan berada pada bagian internal dari jaringan tanaman.
      Sterilisasi eksplan biasanya dilakukan dengan cara merendam bahan tanaman dalam larutan kimia sistemik pada konsentrasi dan waktu perendaman tertentu, baik dengan menggunakan satu macam maupun dengan macam-macam sterilan. Bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk sterilisasi antara lain alkohol, natrium hipoklorit (NaOCl), kalsium hipoklorit atau kaporit (CaOCl), sublimat (HgCl2), dan hidrogen peroksida (H2O2). Jenis bahan, konsentrasi, dan waktu yang diperlukan untuk sterilisasi bahantanaman secara umum disajikan pada Tabel 1.Eksplan yang telah disterilisasi harus segera ditanam secara in vitro.
      Dari sekian banyak komposisi media yang telah berkembang, media dasar Murashige dan Skoog (MS) (Tabel 2) merupakan media dasar yang paling banyak digunakan, baik untuk tanaman herba maupun berkayu. Pada tahap induksi tunas tanaman jati, media MS merupakan media dasar yangpaling banyak digunakan, selain itu modifikasi media MS juga banyak digunakan.
      Penambahan zat pengatur tumbuh pada media kultur merupakankunci keberhasilan baik pada tahap induksi maupun elongasi tunas. Umumnya media yang digunakan pada tahap induksi tunas jati adalah media MS yang ditambah zat pengatur tumbuh golongan sitokinin sepertibenzylaminopurine (BAP) atau furfurylaminopurine (kinetin) atau kombinasi keduanya dengan konsentrasi antara 0,1-1 mg/l. Gupta et al. (1980) menggunakan media dasar MS ditambah kinetin 0,1 mg/l dan BAP 0,1 mg/l untukmenginduksi tunas adventif dari eksplan tanaman jati berupa tunas ujungdan batang satu buku. Media kultur dibuat padat dengan penambahan 8 g/lagar dan 20 g/l gula serta pH media 5,8. Eksplan yang digunakan pada tahapinduksi dapat berupa tunas apikal atau tunas adventif yang berasal dari batang satu buku dengan ukuran 1-2 cm. Indikasi lain pada tahap induksi tunas yang dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada tahap selanjutnya (tahap elongasi) adalah terbentuknya kalus kompak pada bagian dasar batang eksplan. Umur biakan pada tahap induksi tunas sekitar 3minggu. Pada umur tersebut biakan sudah berada pada kondisi yang optimal untuk dipindahkan pada tahap elongasi (Gambar 2).
      Pada tahap elongasi atau pemanjangan tunas, biakan ditanam pada media dasar MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh atau dapat ditambahkan sitokinin dengan konsentrasi yang sangat rendah (0,01-0,05 mg/l)bahkan jika perlu dapat ditambah asam giberelik (GA3) dengan konsentrasi 0,1-1 mg/l untuk tujuan pemanjangan buku tanaman. Penambahan gula agar dan pH media sama seperti pada media untuk induksi tunas. Umuryang diperlukan pada tahap elongasi tunas hingga siap untuk dipanen atau digunakan untuk ditransfer kembali pada media induksi berkisar antara 2-4minggu. Pada umur 3 minggu tunas dapat mencapai tinggi 5-8 cm dengan jumlah buku antara 3-5 dan siap untuk diaklimatisasi (Gambar 3). Biakan biasanya disimpan pada kondisi ruangan suhu 25±2oC dengan periodeterang (1000—3000 lux) selama 16 jam per hari.

      2.3.3 Aklimatisasi
      Aklimatisasi dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian suatu organisme untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Proses aklimatisasisangat penting karena akan menentukan apakah tanaman yang berasal dari in vitro dapat beradaptasi atau tidak pada kondisi in vivo. Umumnyabiakan hasil kultur jaringan yang akan diaklimatisasi harus berupa planlet artinya biakan harus mempunyai perakaran dan pertunasan yang proporsional.Akan tetapi pada perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan, biakan yang akan diaklimatisasi berupa biakan tanpa akar (stek mikro).
      Induksi perakaran dilakukan pada saat aklimatisasi dengan terlebih dahulu merendam atau mencelupkan bagian dasar batang dalam larutan yang mengandung senyawa auksin seperti IBA dan NAA atau dengan Rooton F.Biakan yang berasal dari tahap elongasi yang akan diaklimatisasi dan diinduksi perakarannya harus terlebih dahulu dibuang bagian kalusnya dan dibersihkan pada air mengalir. Harus diperhatikan pula bahwa dalam prosesaklimatisasi tunas jati memerlukan kelembaban yang cukup dan media tumbuh tidak terlalu basah. Media tumbuh yang digunakan dapat berupa campurantanah + arang sekam (1 : 1) atau tanah + serbuk sabut kelapa (1 : 1)atau tanah + kompos halus (1 : 1). Media sebaiknya disterilisasi dahulu dengan pemanasan dan tekanan uap. Media yang telah disterilisasi dapatdiletakkan dalam bak plastik atau bak semen yang ada di kamar kaca. Untuk menjaga kelembaban dilakukan penyungkupan dengan plastik, sedangkanuntuk mempercepat pertumbuhan bibit, penyemprotan dengan pupuk daunseperti Hyponex, Bayfolan, dan Gandasil sangat dianjurkan pada umur 1 minggu satelah tanam. Aklimatisasi bibit jati di pesemaian. Umur bibit tanaman jati genjah hasil kultur jaringan yang cukup baik untuk dipindahkan ke lapang (bibit siap salur) berumur sekitar 3 bulan. Pada umur tersebut bibit jati genjah dapat mencapai tinggi sekitar 30-50 cm. Tanaman jati hasil kultur jaringan setelah umur 6 bulan disajikanpada, sedangkan diagram tahap-tahap perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan dapat dilihat pada Gambar 4.

      2.3.4 Bibit Siap Tanam
      Diameter batang dan tinggi bibit tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan kualitas bibit. Ciri bibit yang berkualitas baik dan siap tanam adalah:
      1.    Media sarang dan akarnya kuat mengikat media. Ciri-cirinya adalah jika bibit dicabut dari polibag maka media dan akar akan membentuk gumpalan yang utuh namun berpori/tidak keras padat.
      2.    Batang tunggal, kokoh, dan sudah berkayu. Bibit tumbuh tegak, antara diameter dan tinggi tampak seimbang.
      3.    Pucuk sehat, daun segar, dan tidak terserang hama atau penyakit.

      2.4 Estimasi Produksi Bibit
      Berdasarkan jumlah buku yang dapat dijadikan sebagai faktor penggandaan atau multiplikasi yang dihasilkan dari setiap periode subkultur, banyaknya tanaman jati yang dapat dihasilkan pada satuan waktu tertentu dapat diprediksi. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor lain yangdapat menyebabkan kehilangan/ kerusakan selama proses perbanyakan dilaboratorium dan kamar kaca. Pennell (1987) memberikan formulasi untuk menghitung potensi jumlah tanaman yang dapat dihasilkan secara teoritisdalam satu periode (satu tahun), dengan rumus sebagai berikut:
      y = An x B x F1 x F2 x F3
      Keterangan:
      y = jumlah planlet/tanaman yang dapat dihasilkan
      A = jumlah tunas yang dihasilkan pada setiap periode subkultur (faktor multiplikasi)
      B = jumlah eksplan awal yang tumbuh
      n = jumlah subkultur pada periode tertentu (per tahun)
      F1 = persentase keberhasilan kultur pada tahap induksi tunas
      F2 = persentase keberhasilan kultur pada tahap elongasi tunas
      F3 = persentase keberhasilan aklimatisasi
      Sebagai contoh, suatu laboratorium kultur jaringan memulai kegiatan perbanyakan tanaman jati genjah dengan hanya satu eksplan awal berupatunas yang sudah steril dan responsif (B), dengan asumsi jumlah buku yangdapat disubkultur sebanyak 3 (A), frekuensi subkultur 8 kali per tahun (n),80% keberhasilan pada tahap induksi tunas (F1), 90% keberhasilan pada tahap elongasi (F2), dan 80% keberhasilan pada tahap aklimatisasi (F3), maka jumlah tanaman yang dapat diproduksi per tahun (y) adalah38 x 1 x 0,8 x 0,9 x 0,8 = 3779 tanaman. Apabila eksplan awal (B) yang dapat disediakan sebanyak 10 makajumlah tanaman yang dapat dihasilkan sekitar 37.790 tanaman, jika eksplan awal 100 maka jumlah tanaman yang dapat dihasilkan 377.900, dan seterusnya.
      Jumlah tanaman yang dihasilkan merupakan perhitungan teoritis, pada pelaksanaannya akan sangat tergantung kepada beberapa faktor pendukung lain yang berkaitan dan sangat menentukan seperti jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang tersedia. George dan Sherrington (1984) mengemukakan bahwa dengan menanam 90—100 tunas/orang/jam maka untuk memproduksi 1 juta tanaman dalam waktu serentak diperlukan beberapa ratus orang pekerja, yang tentunya akan memerlukan sarana laboratorium yang sangat besar.


      BAB III
      PENUTUP

      3.1 Kesimpulan
      Perbanyakan bibit tanaman jati dapat dilakukan secara in vitro, yaitu dengan kultur jaringan. Kultur jaringan jati dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut; (1) penyediaan bahan tanaman (eksplan) dariinduk terpilih, (2) sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi, (3) penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas, (4) penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet, dan(5) aklimatisasi.
      Perbanyakan tanaman jati secara in viro lebih dianggap lebih efisien waktu dan mendapatkan kualitas jati yang lebih unggul secara cepat. Mengingat potensi pasar kayu jati di tingkat intenasional sangat potensial.


      DAFTAR PUSTAKA


      BBPP Lembang. 2008. Tentang Kultur Jaringan, (Online), http://www.bbpp-lembang.info/ Diakses tanggal 14 Desember 2012. Gadjah Mada. Yogyakarta.
      Gold Teak Ethical Investment (GTEI). 2003. Fakta-Fakta tentang Tananaman Pohon Jati, (Online),  http://www.goldteak.com/indonesia/factsaboutteak.htm. Diakses tanggal 14 Desember 2012.
      Khusnatul. (2011). Kultur Jaringan Tanaman Pohon Jati. From: http://khusmatul-aurora.blogspot.com/2011/09/kultur-jaringan-jati.html. Diakses tanggal 14 Desember 2012.
      Leksono, B., 1998. (Makalah seminar) Keunggulan Jati Kultur Jaringan Hasil Program Pemuliaan Pohon. PT. Monfori Nusantara. Sumatera Selatan.
      Lukman. (2012). Makalah Kultur Jaringan Tanaman Pohon Jati. From: http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/10/makalah-kultur-jaringan-pohon-jati.html. Diakses tanggal 14 Desember 2012.
      Mariska, I. dan R. Purnamaningsih. 2001. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Tahunan melalui Kultur in vitro. Jurnal Litbang Pertanian 20(1):1-7.
      Na’iem, M., 2001. (Makalah seminar), Tinjauan Teknis Budidaya dan Peningkatan Produktivitas Jati sebagai Jenis Unggulan. Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
      Pandit, 2000. Jati Lokal Vs Jati Super. Trubus. Edisi 368. Hal. 88. TH. XXXI PT. Trubus Swadaya. Jakarta.
      Prayitno, T. A., 1995. Pertumbuhan dan Kualitas Kayu KTM 665. Fakultas Kehutanan Universitas
      Sukmadjaja, D., & mariska, I. 2003. Jurnal Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultur Jaringan. ISBN 979-95627-8-3. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.